Malam terus menjerit. Menggemakan suara-suara yang banyak dikenal. Musikalisasi yang begitu indah merangkul tubuhku yang kedinginan. Dengan kerabat-kerabat dekat yang aslinya tak tau mereka itu siapa. Perbincangan konyol yang tak berharga tapi takkan pernah bisa tertukar dengan harta. Bulan kupandang, kuharap ia tersenyum padaku . Meski ia pun juga takpernah mengenalku. Tapi setidaknya aku tahu siapa dia. Meski saat ini aku juga tak mengenalnya.
Menunggu dan terus menunggu. Membuang waktu begitu saja. Mungkin itu menjadi suatu yang terbuang sia-siaboleh mereka. Tapi tidak olehku, kupegang sebingkai perkakas zaman ini dan kucoba untuk menuliskan suatu yang berguna dan dapat menjadi suatu hikmah dalam hidupku.
Menunggu suatu benih-benih pejuang yang baru tumbuh datang untuk memperteguh hati dan menyamakan langkah untuk perjuangan abadi.
Menunggu mereka yg belum pernah kutau paras mereka. Tapi setidaknya ku tau bahwa mereka adalah orang-orang yang akan menjunjung agama.
jerit malam kom. Aviciena (farmasi) 18 februari 2017
Menunggu dan terus menunggu. Membuang waktu begitu saja. Mungkin itu menjadi suatu yang terbuang sia-siaboleh mereka. Tapi tidak olehku, kupegang sebingkai perkakas zaman ini dan kucoba untuk menuliskan suatu yang berguna dan dapat menjadi suatu hikmah dalam hidupku.
Menunggu suatu benih-benih pejuang yang baru tumbuh datang untuk memperteguh hati dan menyamakan langkah untuk perjuangan abadi.
Menunggu mereka yg belum pernah kutau paras mereka. Tapi setidaknya ku tau bahwa mereka adalah orang-orang yang akan menjunjung agama.
jerit malam kom. Aviciena (farmasi) 18 februari 2017
0 komentar:
Posting Komentar